Mari Kenali Bangunan Bersejarah di Kota Binjai

Bangunan Bersejarah di Binjai

 

Bangunan Bersejarah di Binjai

Kota Binjai yang dihuni sekitar 252.652 jiwa yang berasal dari berbagai suku dan budaya bangsa. Oleh karena itu, ada beberapa daerah yang terkenal dengan sebutan-sebutan tertentu yang diambil dari asal daerah penduduknya.

Salah satu peninggalan Belanda yang masing terlihat sampai saat ini yang menjadi sejarah Kota Binjai, di antaranya Stasiun Kereta Api Binjai, Tugu Perjuangan ’45, dan beberapa bangunan lainnya.

Masjid juga menjadi salah satu bangunan bersejarah Kota Binjai. Semakin majunya teknologi dan kemajuan pembangunan saat ini membuat para arsitektur tidak henti berinovasi dan mengembangkan kreativitasnya dalam membangun masjid-masjid di dunia.

Dengan dibangunnya masjid yang menarik akan membuat masyarakatnya lebih tertarik dalam memakmurkan masjid yang ada di sekitar daerah rumah mereka. Kota Binjai yang didominasi warga muslim memiliki beberapa jenis masjid yang memiliki sejarah dan berarsitektur menarik.

Ada beberapa bangunan bersejarah di kota Binjai yang cukup menarik perhatian orang-orang yang lewat di depannya. Dan membuat para pengunjung yang melihatnya merasa tertarik untuk tahu lebih dalam tentang sejarah berdirinya banguanan-bangunan ini.

 

Masjid Raya Binjai

Masjid Raya Binjai terletak di dekat Pasar Tavip Binjai. Masjid Raya Binjai ini bersatu dengan salah satu MTs swasta di Binjai. Jadi, maklum saja kalau kamu kesini pada pagi dan siang hari kamu akan menemukan banyak anak sekolah yang berada di sekitar Masjid Raya Binjai ini.

Masjid Raya Binjai merupakan salah satu bangunan peninggalan Kesultanan Langkat. Masjid ini sudah berdiri selama kurang lebih 120 tahun. Masjid Raya Binjai pertama kali dibangun oleh Sultan Langkat Tuanku Sultan Haji Musa Al Khalid Al- Mahadiah Muazzam Shah (Tengku Ngah) Bin Raja Ahmad yang menjabat periode 1840 – 1893. Peletakan Batu pertamanya tahun 1887.

Di masa Tuanku Sultan Haji Musa Pembangunan Masjid ini belum rampung dan setelah mangkatnya Tuanku Sultan Haji Musa, Kesultanan diperintah oleh putranya Tuanku Sultan Abdul Aziz Abdul Jalil Rahmat shah (1893 – 1927).

Masjid ini diresmikan oleh Tuanku Sultan Abdul Aziz lebih kurang pada tahun 1894.  Masjid Raya Binjai sudah mengalami beberapa kali renovasi dalam pembangunannya. Pada tahun 1924 renovasi dilakukan untuk merubah kubah masjid sampai saat ini kubah itu sudah mengalami beberapa kali renovasi. Pada tahun 1990-an renovasi pada bagian lantai Masjid Raya Binjai dilakukan untuk semakin memperindah dan memperkokoh Masjid Raya Binjai.

 

Tugu Perjuangan ‘45

Tugu Perjuangan ’45 yang terletak di tengah pusat Kota Binjai ini menjadi saksi sejarah dari Kota Binjai ini. Tugu Perjuangan ’45 ini dibangun atas dasar sabagai bentuk penghormatan bagi para pejuang Indonesia yang berada di Binjai pada zaman dahulu.

Tugu Perjuangan ’45 ini juga dianggap sebagai gerbang tanda masuknya kita ke wilayah Binjai menuju Langkat dan Aceh. Tugu Perjuangan ’45 ini masih dijaga kebersihannya sampai sekarang, bahkan Dinas Pertamanan Kota Binjai selalu membersihkannya secara rutin sehingga Tugu Perjuangan ’45 ini selalu terlihat bersih. Patung yang ada pada Tugu Perjuangan ’45 ini merupakan patung anak dari Amir Hamzah, sang pahlawan nasional yang berasal dari Kesultanan Langkat.

Pada Tugu Perjuangan ’45 ini terdapat sebuah prasasti yang tertulis,Tugu-Pedjuang. Pembangunan monumen ini diprakarsai oleh: Korem 023/ D.T. PMBM. Dimulai tanggal 12 Sept 1971 selesai pada tanggal 12 Djan 1972. Diresmikan oleh Pangdam I/ BB Brigdjen. TNI, Marah Halim Harahap pada hari senin tgl 17 Djan 1972. Pelaksanan bangunan oleh : U.B. Andalas. Patung oleh: Sekar Gunung.”

Tugu Kota Binjai

 

Rumah Sakit Bangkatan

Rumah Sakit Umum Bangkatan juga merupakan salah satu saksi sejarah pada zaman penjajahan. Bangunan yang sudah terlihat tua ini sudah dibangun sejak zaman pemerintahan Belanda. Rumah Sakit Bangkatan ini terletak di Jalan Sultan Hasanuddin Binjai. Rumah sakit ini sudah dibangun sejak tahun 1908 dan saat ini milik PT Perkebunaan Nusantara II. Rumah Sakit Bangkatan ini dibangun atas dasar agar mudahnya akses kesehatan bagi para warga Belanda saat itu.

Bahkan pada masa penjajahan Jepang, Rumah Sakit Bangkatan ini hanya boleh dimasuki oleh para petinggi-petinggi Jepang saja dan orang-orang dari luar pekerja pekerbunanan pada zaman itu.

Namun, setelah kemerdekaan, Rumah Sakit Bangkatan ini dibuka untuk umum baik itu orang perkebunan dan non-perkebunan yang membutuhkan pengobatan. Sampai saat ini, Rumah Sakit Bangkatan masih berdiri kokoh di Binjai dengan dekorasi warna serba putih dan bangunan yang sangat sederhana melambangkan bangunan bersejarah bekas masa penjajahan Belanda.

 

Stasiun Kereta Api Binjai

Bangunan Stasiun Kereta Api ini masih mempertahankan arsitektur pada zaman Belanda sejak awal dibangun. Dibangun  sejak tahun 1920. Tepatnya kala Indonesia masih dikuasai oleh penjajah Belanda. Stasiun Kereta Api ini memiliki arsitektur perpaduan antara Eropa-Belanda dan Melayu Deli.

Dahulu Stasiun Kereta Api Binjai ini merupakan persimpangan jalur ke Besitang dan Kuala. Namun, saaat ini sudah tidak melayani keberangkatan ke Kuala dan Besitang lagi karena rel-rel di daerah itu sudah tidak ada. Stasiun Binjai ini dahulu memiliki 6 jalur kereta api, namun sekarang hanya tersisa 3, yang menguunakan rel R25 & R33.

Di ujung utara stasiun ini juga masih terdapat tiga menara air dan sumurnya, serta corong pipa pancuran pengisian air untuk lokomotif uap di ujung utara dan selatan emplasemen stasiun.

 

Masjid Agung Binjai

Masjid Agung Binjai ini baru saja melakukan renovasi dalam pembuatan lampu-lampu sebagai penanda masjid agung dan membuat masjid ini semakin terlihat megah. Masjid Agung Binjai berdiri tegak tepat di samping bangunan Binjai Supermall. Masjid yang cukup tua di Kota Binjai ini didekorasi dengan warna yang menyejukkan mata. Paduan warna hijau dan kuning emas pada masjid ini menambah kesan indah bagi mata yang melihatnya.

Gaya arsitektur Masjid Agung Binjai ini menyerupai bangunan kubah tinggi masjid Madinah. Masjid Agung Binjai ini menjadi salah satu ikon menarik yang dimiliki Kota Binjai karena merupakan masjid terbesar yang ada di Kota Rambutan ini.

Sejarah Masjid Agung Binjai berdiri pada tahun 1987 yakni dengan kerjasama Walikota Binjai yang ke-2 yaitu Alm. Mulai Sebayang dan Drs. H. Arifudin Harahap, sebagai penggagas artistek beserta dengan masyarakat Binjai pada saat itu.

Mari Kenali Bangunan Bersejarah di Kota Binjai

 

Masjid Darussalam dan Meunasah Aceh

Masjid Darussalam ini berada di Jalan Cut Nyak Dien atau lebih sering dikenal dengan sebutan Kampung Aceh. Masjid Darussalam ini letaknya tidak jauh dengan bangunan Meunasah Aceh. Meunasah yang biasanya hanya akan kita temukan ketika berada di Aceh saja.

Kini bagi warga Medan dan Binjai sekitarnya tidak perlu jauh-jauh ke Aceh hanya untuk melihat langsung bangunan Meunasah Aceh ini. Pasalnya di Binjai tepatnya di sebelah Masjid Darussalam ini ada bangunan Meunasah Aceh yang sengaja dibangun karena daerah disini dihuni oleh mayoritas orang yang bersuku Aceh.

Meunasah Aceh ini masih secara rutin digunakan sampai saat ini. Meunasah Aceh ini biasanya digunakan untuk acara keagaman oleh masyarakat sekitar. Arsitektur dari bangunan Masjid Darusssalam ini menyerupai bangunan masjid-masjid yang ada di Aceh.

Saat ini, Masjid Darussalam ini tengah diadakan renovasi dalam pembangunan pagar di sekeliling bangunan masjid yang memiliki paduan warna krim dan tosca.

Untuk beberapa saksi sejarah dari Kota Binjai ini tentunya harus tetap kita lestarikan agar anak-cucu kita juga dapat melihat langsung bangunan yang menjadi saksi para pejuang kemerdekaan.

Demikian informasi mengenai objek wisata bersejarah di Binjai, dan masih banyak lagi destinasi yang cocok untuk paket Sumatra tour berkeliling bersama keluarga.***(CM-05/Dwi Andriani Lestari)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *