Festival Mardoton

Festival Mardoton, Cara Menangkap Ikan Secara Tradisional Dapat Apresiasi Wagubsu

Festival Mardoton

CERITAMEDAN.COM, Samosir – Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu), Musa Rajekshah, mengharapkan seluruh daerah di Sumatera Utara bisa mengembangkan potensi kebudayaannya masing-masing, sehingga menambah daya tarik bagi wisatawan yang berasal dari luar Sumut.

Harapan itu disampaikan, Musa Rajekshah, di dampingi Wakil Ketua I TP PKK Sumut, Sri Ayu Mihari, saat menghadiri Festival Mardoton di Desa Tuktuk Siadong, Kabupaten Samosir, Sabtu (13/3/2021).

Pria yang akrab di sapa, Ijeck, itu mengapresiasi kegiatan yang di gagas oleh para pemuda setempat untuk mempromosikan kebudayaan dan keindahan Danau Toba dari sisi Pulau Samosir.

“Kita sangat mengapresiasi kegiatan seperti ini. Ini kegiatan yang mengundang orang dari luar Pulau Samosir untuk menyaksikan festival kebudayaan, terkhusus dari Pulau Samosir,” ujar Ijeck.

Menurut Ijeck, Festival Mardoton merupakan magnet bagi para pengunjung untuk datang ke Samosir.

Musa Rajekshah - Festival Mardoton

“Apalagi, festival kebudayaan ini sudah dari dahulu ada dan sekarang kembali di kembangkan, yaitu tradisi bagaimana cara menangkap ikan secara tradisional,” katanya.

Ijeck juga menyampaikan tentang pentingnya sejarah kebudayaan yang harus terus digaungkan, sehingga menjadi edukasi bagi anak-anak dan generasi muda saat ini.

“Dengan festival ini, anak-anak kita punya edukasi dan pemahaman tentang tradisi dan budaya masyarakat zaman dahulu, sehingga tidak hilang dengan berjalannya waktu,” katanya.

Sementara, Febry Tua Siallagan, dari Komunitas Anak Tao menyampaikan festival ini fokus pada edukasi melalui beberapa rangkaian kegiatan, antara lain Focus Group Discussion (FGD), pembentukan Komunitas Pardoton, perlombaan Manopong Doton, edukasi ekosistem Danau Toba dan pameran kuliner.

“Selain itu ada juga penaburan 20.000 benih ikan mujair dan 200 benih ikan endemik Danau Toba, lomba menghias solu (perahu), pameran kuliner ikan Danau Toba dan pemutaran film semi dokumenter “Ahu Pardoton” serta penanaman 100 bibit pohon,” jelasnya.

Dijelaskan juga, Festival Mardoton kali ini, tepatnya jatuh pada Bulan Sipaha Sada (bulan pertama) pada Penanggalan Kalender Batak. Festival ini digelar di sepanjang bibir Pantai Tuktuk dan sekitarnya.

Sekilas Festival Mardoton

Pada kesempatan itu sesepuh Desa Tuktuk Siadong, Oppu Disnan Sigiro, menuturkan tentang Mardoton. Menurutnya, Mardoton merupakan cara menangkap ikan yang dilakukan sejak puluhan tahun lalu oleh para leluhur di kawasan Danau Toba.

Pada mulanya, Mardoton menggunakan bubu, kemudian berkembang dan masyarakat mulai akrab menggunakan doton (jaring), yang berbahan kain yang dirajut menjadi mata jaring berbagai ukuran.

Festival ini juga dilakukan serangkaian kegiatan menurunkan perahu ke Danau Toba, sebelum dipakai menangkap ikan atau Mandaram.

“Ada prosesi tertentu agar solu membawa keberuntungan pada pengguna. Membuat sesajian dari tepung beras untuk media doa kepada Tuhan Sang Pencipta melalui Namboru Saneang Naga Laut. Saneang Naga Laut, menurut orang Batak sebagai Dewi Air yang diwakilkan perwakilan Tuhan sebagai pemberi berkat yang berkuasa di Air,” ujar Oppu Disnan Sigiro.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like