CERITAMEDAN.COM – Sesuai judul diatas, Teater ‘O’ hadir sebagai sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa di USU yang mengangkat tentang seni dan budaya lokal dalam setiap pementasannya.
Merujuk pada situs web resmi milik Teater ‘O’, proses kelahiran organisasi ini berawal dari gairah aktivitas hati nurani mahasiswa akan kiprah kesastraan. Maka, tepat pada tanggal 1 Oktober 1991, lahirlah Teater ‘O’ di bumi sastra Universitas Sumatera Utara. Teater ‘O’ terbentuk lewat proses yang panjang, dimana hadirnya Teater ’O’ sesungguhnya dirangsang oleh omong-omong sekelompok mahasiswa sastra USU terhadap kelesuan aktivitas dan kreativitas teater kampus (Medan). Kehadiran organisasi ini merupakan ilustrasi gagasan dan kreasi dari
pergulatan-kegelisahan mahasiswa di kampus dan masyarakat.
Motivasi berdirinya UKM ini ialah dengan niat yang tulus dan sederhana, Sebut saja Yusrianto Nasution, Sastra Maulud, Agus Bambang Hermanto, Yos Rizal, Syaiful Hidayat, Jumahir, dan rekan-rekan sejawatnya merupakan mahasiswa yang bertekad menyatukan persepsi, serta hadir untuk menguatkan institusional perteaterannya.
Keantikan garapan ‘O’ terdapat dalam setiap dialog dan karakternya. Didalam naskahnya mengandung isi komedi yang baru, segar, variatif, dan sangat situasional, seperti layaknya naskah ‘Ini Medan Bung’. Saat berada di atas panggung, konflik dibangun dengan unik. Mulai dari tidak biasa, penuh kejutan, hingga dijungkirbalikkan dari ide dan pola yang sudah umum.
Biasanya sikap berkesenian para mahasiswa hanya terbatas pada asal tampil tanpa makna. Tentunya hal ini bisa menjadi hambatan dalam penyampaian pesan. Contohnya dalam hal bermusik, umumnya anak muda hanya tertarik pada performance dengan bentuk kekinian.
Namun ini sangat berbeda dengan panggung pementasan ‘O’ yang menyajikan komedi (farce–satire) di hampir semua naskah garapan mereka. Konsistensi tersebut, setidaknya ditunjukkan dengan sikap yang lebih mengutamakan naskah karya sendiri daripada naskah luar atau naskah orang lain.
Walaupun sedikit narsis dan berlebihan, komedi garapan ‘O’ lebih berani, aktual, dan lebih nakal di beberapa bagian. Habitat kampus yang kritis dan universal secara alamiah telah mendidik dan mengasah isu yang mereka tampilkan lebih intelektual dan kompleks. Tidak heran jika suatu ketika mereka pernah dijuluki sebagai “DPR panggung – DPR jalanan”. Bahkan pada masa Orde Baru yang penuh ketakutan dan pencekalan ekspresi seni, ‘O’ pernah dicap sebagai ‘neolekra’.
Bagi sebagian orang yang memiliki bakat atau minat di bidang seni, tapi belum berani menunjukkannya di hadapan orang lain, dapat bergabung dengan UKM ini. Di sini kamu akan dilatih untuk tampil di berbagai pertunjukan “O”. Dengan berpartisipasi di berbagai kegiatan pertunjukan, secara perlahan rasa percaya diri kamu akan tumbuh dan terasah.
Seperti frasa Teater ‘O’, “Hadir dan Ada Bukan Sekadar Datang dan Bernafas”, UKM ini hadir bukan hanya sekedar perkumpulan mahasiswa untuk mengasah bakat, namum juga menjadi rumah dimana semua anggota dan pengurus saling merangkul selayaknya keluarga.***(CM/Prawara Publisher)