Atasi Fear of Missing Out dengan Impact Circle AIESEC in USU

Atasi Fear of Missing Out dengan Impact Circle AIESEC in USU

Atasi Fear of Missing Out dengan Impact Circle AIESEC in USU
CERITAMEDAN.COM, Medan – AIESEC in USU merupakan organisasi yang menjadi wadah bagi pemuda dengan tujuan untuk mengeksplorasi dan mengembangkan jiwa kepemimpinan mereka. Sebagai salah satu bukti nyata dari tujuan pengembangan jiwa kepemimpinan tersebut, AIESEC in USU menghadirkan Impact Circle.

Acara ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran pemuda terhadap isu terkini yang berkaitan erat dengan 17 poin dari Sustainable Development Goals (SDGs). Diselenggarakan secara virtual, namun tidak menyurutkan semangat para partisipan untuk mengikuti acara ini.

Impact Circle AIESEC in USU 2.0 yang diselenggarakan pada 4 Juni 2021 berfokus pada ranah kesehatan mental dengan mengusung Fear of Missing Out sebagai tema dan Dealing with Reality: Managing Fear, Winning the Future sebagai topiknya, serta menghadirkan tiga pembicara yang kompeten di bidangnya, yakni Ade Binarko, Anggi Mayangsari, dan Fellexandro. Tak lupa alur kegiatan ini dipandu oleh Esther Natalia.

Tema dan topik tersebut diambil berdasarkan SDG 3, yakni Good Health and Well-Being. Tema tersebut diangkat karena melihat bahwa banyaknya pemuda yang meragukan kemampuan dan potensi mereka, sehingga menimbulkan rasa iri dan tidak ingin ketinggalan dengan orang lain. Harapan diadakannya Impact Circle ini ialah agar memotivasi pemuda untuk percaya pada kemampuan dirinya dan sadar bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama dalam meraih kesuksesan.

Ade Binarko yang merupakan seorang pendiri wadah kesehatan mental sehatmental.id yang sudah berdiri sejak tahun 2015 mengawali sesi pertama mengenai apa itu FoMO dan mengapa pemuda harus peduli dengan hal tersebut. Ade Binarko juga membeberkan mengenai fakta-fakta yang terjadi di lapangan saat ini yang berkaitan dengan topik yang diusung. “Di era teknologi yang memiliki banyak pilihan media sosial, bukannya fear, tapi joy kalau kamu bisa manage lebih baik,” ujar Ade Binarko.

Sesi berikutnya dibawakan oleh Anggi Mayangsari yang merupakan seorang psikolog klinis serta pendiri dari platform TanyaPsikologi di Instagram. Di sesi kali ini, Anggi fokus membahas solusi dari permasalahan FoMO yang banyak dihadapi pemuda. Ia juga menjelaskan dampak apa yang ditimbulkan jika hal ini tidak segera diselesaikan. Ia juga menegaskan bahwa dengan menerima emosi yang ada, mengendalikan diri dalam menggunakan media sosial, dan mulai membuat life map sendiri, para pemuda dapat mengatasi FoMO.

Sementara itu, sesi ketiga dibawakan oleh Fellexandro Ruby dengan format talkshow. Fellexandro Ruby merupakan seorang entrepreneur yang juga aktif berbagi life skills melalui Instagram pribadinya dan podcast bernama Thirty Days of Lunch. Ia banyak menceritakan mengenai perjalanan jatuh bangun hidupnya dalam membangun bisnis dan menjadi seorang influencer yang sukses. Tak lupa ia juga berpesan kepada para pemuda dalam hal mengatasi FoMO.

“Pakai masa 20-an ini untuk mengeksplorasi diri dan mencoba berbagai hal, tetapi tetap bertanggung jawab dan memiliki tolak ukur agar terus berproses menjadi lebih baik,” tutur Fellexandro.

Acara ini berjalan lancar berkat panduan dari Esther Natalia yang merupakan pendiri dari platform Produktif Kuy juga seorang influencer di media TikTok. Ada lebih dari 180 orang yang aktif berpartisipasi dalam mengikuti acara ini, termasuk komunitas-komunitas yang ada di Medan. Tidak hanya hadir mengikuti rangkaian acara, tetapi juga para pemuda diharapkan bisa mengimplementasikan ilmu yang telah didapat ke dalam kehidupan sehari-hari.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like